Sejarah detik.com
dimulai pada tanggal 9 Juli 1998, yaitu terjadi pada saat Presiden Suharto lengser dan terpilihnya Habibie sebagai Presiden selanjutnya. Terpilihnya Habibie sebagai Presiden ternyata
tidak menyalesaikan masalah politik di Indonesia, yang artinya
situasi politik di Indonesia masih
kacau, dan karena
pada masa Orde Baru kebebasan Pers belum diperbolehkan. Akan tetapi apa yang terjadi, media massa di Indonesia kini sudah bebas. Artinya, seluruh media massa boleh
melakukan apa saja, dalam hal ini
memberitakan atau menulis persoalan yang sedang
terjadi di tanah air. Dan tidak ada pembatasan seperti pada jaman Suharto memimpin.
Tetapi
ada satu persoalan, bahwa di era globalisasi seperti saat ini kita membutuhkan informasi secara cepat, untuk
kepentingan apa saja. Mulai dari kepentingan mengambil keputusan bisnis sampai kepentingan yang sangat sederhana.
Tidak ada pilihan lain pada waktu itu, selain menyampaikan informasi
melalui Intenet. Maka lahirlah Detik.com yang merupakan sebuah portal web yang berisi berita aktual dan artikel di Indonesia. Detik.com merupakan salah satu situs berita terpopuler di
Indonesia
hingga saat ini. Berbeda dari
situs-situs berita berbahasa Indonesia lainnya, detik.com hanya mempunyai edisi daring dan menggantungkan
pendapatan dari bidang iklan.
Hal ini terbukti pada halaman depan
website detik.com didominasi oleh iklan. Meski demikian, detik.com juga
merupakan portal
berita yang terdepan (up to date) dalam menyajikan berita-berita baru (breaking news).
Detik.com hadir dengan sebuah media baru yang
sebelumnya kurang diminati oleh para media pemberitaan untuk mengembangkan
sayapnya di bidang internet. Internet terus berkembang hingga masa kini. Pada
masa awal berdirinya detik.com, mereka masih harus mandiri dengan tiga orang
pekerja yang tentunya masih berbentuk sebuah halaman web sederhana. Selain itu,
mereka harus membiasakan diri dengan kurangnya perhatian dari khalayak mengenai
produk mereka. Adapula beberapa sistem yang perlu di adaptasi secara bertahap
oleh detik.com yang berbentuk hal-hal teknis.
Detik.com muncul dengan media baru yang mereka
gunakan yakni internet. Media baru tersebut tidak serta merta muncul begitu
saja. Internet muncul secara bertahap dari hal pertama yakni sebuah personal
computer hingga sekarang teknologi memungkinkan komputer yang mudah
dibawa atau laptop. Selain itu, komputer pun
muncul karena sebelumnya ada penemuan-penemuan yang tentunya berhubungan dengan
dunia elektronik. Kemudian setelah komputer telah menjadi sebuah alat yang
sempurna, muncul keinginan untuk para pengguna komputer dapat saling terhubung
untuk bertujuan file sharing yang kemudian
disempurnakan menjadi internet. Dari internet inilah muncul ide untuk adanya website
yang dapat membuat sebuah institusi membuka informasi ataupun membagi (sharing)
hal-hal lainnya.
Media yang baru, muncul dan berkembang masih
memiliki beberapa kemiripan dengan media yang sebelumnya telah eksis. Misalnya
internet memiliki kemampuan-kemampuan dominan yang menyerupai media-media yang
telah diciptakan sebelumnya. Internet dapat mengakomodasi jenis-jenis media
sebelumnya, misalnya internet dapat mengandung unsur gambar, video, suara, dan
tentunya teks. Gambar dan teks sudah ada sejak era media cetak lahir. Kemudian
suara sudah dapat ditransformasikan melalui gelombang radio dan alat penangkap
sinyalnya. Lalu televisi menjadi media yang dapat menghadirkan gambar bergerak
(video) dan suara (audio) secara bersamaan. Bahkan beberapa hal yang tidak
dapat dilakukan oleh media sebelumnya, bisa dilakukan oleh media internet.
Misalnya, setelah ada sistem flash, ilustrasi mengenai suatu
hal, misalnya bencana, dapat diilustrasikan melalui bentuk gambar yang dapat
disesuaikan dengan kemauan si pembaca. Hal ini tentunya unik karena sebelumnya
tidak ada media lain yang dapat mengakomodir hal ini. Namun, bagaimanapun juga,
karakteristik dominan dari media internet tetaplah karakter yang sudah ada
sebelumnya, misalnya internet lebih banyak mengandung unsur teks, hal ini
karena internet juga mengadopsi media cetak.
Detik.com memiliki sejarah buruk pada masa orde
baru. Mereka dibredel oleh pemerintah dan diberikan pilihan; bergabung dengan
media lain, membuat media baru, atau dibubarkan (mati).
Beberapa bulan kemudian, usaha mereka berbuah
hasil dengan tawaran iklan pertama mereka. Setelah itu hari demi hari dijalani,
semakin berkembang detik.com, semakin banyak pembaca, semakin banyak pula
pengiklan yang mengiklankan produknya di website yang kini menjadi website
peringkat 10 di Indonesia versi Alexa Site Audit ini. Dari
pencapaian ini, detik.com terbukti telah menjadi sebuah media yang survive
dari kekejaman politik orde baru. Namun, yang unik dari kasus detik.com ini adalah
mereka dipaksa untuk beradaptasi dan berkembang, melebarkan sayapnya ke media on-line
karena tekanan dari sebuah rezim otoriter pemerintahan pada masa itu.
Media internet muncul dan berkembang sebagai
sebuah teknologi yang baru. Sebagai media baru, sudah sewajarnya apabila
perkembangannya masih terus berjalan. Media lama saja masih terus berkembang,
apalagi media baru akan terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi
pendukungnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
teknologi adalah sebuah hal utama dalam perkembangan atau pengadopsian media
baru oleh sebuah institusi pemberitaan. Namun, pada kenyataannya media baru
tidak hanya diadopsi karena sebuah perkembangan dari teknologi. Tetapi ada
faktor lain yang melatarbelakanginya. Dalam kasus detik.com yang paling
terlihat jelas adalah adanya faktor politis dalam perjalanannya. Tabloid Detik
yang pada mulanya adalah sebuah tabloid politik tiba-tiba dibredel oleh
pemerintah karena adanya pemberitaan yang terlalu kritis terhadap pemerintah.
Hal ini jelas bahwa pengaruh politik sangat besar peranannya dalam perjalanan
detik.com dari media konvensional ke media on-line.
Di halaman utama (Home) pada baris atas terdapat beberapa link/rubrik
(program kerja), diantaranya; DetikNews, DetikFinance, DetikHot,
Detiki-Net, DetikSport, DetikOto, DetikFood, DetikHealth, DetikFoto, DetikTV dan Indeks. Pada baris kedua juga
terdapat rubrik Sepakbola, Surabaya, Bandung, Blog, Forum, Wolipop, Kolomkita, Travel,
ACI, Buku Kuning, Mobile Application, dan Lokal Portal. Pada baris
ketiga terdapat rubrik Iklan Baris, adPoint, Seremonia, Games,
Sindikasi, Info Iklan, Suara Pembaca, Surat dari Buncit dan
Redaksi, serta
beberapa fasilitas lainnya.
Detik.com juga memudahkan konsumen atau pembacanya dengan
memberikan kolom Detik Search untuk mencari berita-berita atau info-info apaun
yang pernah dipublish di website detik.com. Selain itu kita juga dapat berbagi
info atau berita di jejaring sosial kita seperti Facebook, Twitter dan sebagainya.
Perkembangan Jumlah Pengunjung
Internet pada akhir dekade 1990-an masih sangat
baru di Indonesia. Pengguna internet pun diperkirakan belum mencapai satu juta
orang pada saat itu. Namun, detik.com terus konsisten untuk membangun sebuah
portal berita yang menjadi sebuah pioneer dalam pemberitaan on-line
di Indonesia. Setelah bertahun-tahun mencoba untuk terus mempertahankan prinsip
untuk konsisten di dunia on-line news, detik.com meraih
sebuah kesuksesan tersendiri sebagai portal berita nomor satu di Indonesia, dan
menjadi website
nomor sepuluh di Indonesia. Bahkan sekarang detik.com memiliki sub konten yang
telah memiliki spesialisasi masing-masing. Salah satu di antaranya, Detik Sport
menjadi sebuah situs sendiri dan terpisah, serta mendapat peringkat enam belas
dalam peringkat website di Indonesia.
Dari pemaparan teori mediamorphosis yang
dikaitkan dengan sejarah perkembangan detik.com, dapat dilihat bahwa detik.com
berkembang secara bertahap, konsisten, serta terus membuat perbedaan dari waktu
ke waktu sehingga dapat menjaga pelanggan setianya.
Selain itu, detik.com menjadi sebuah media yang
tidak dapat dilepaskan dari basic utamanya yakni media cetak,
untuk terus menjadi sebuah institusi pemberitaan yang didominasi dengan konten
cetak.
Detik.com sebagai sebuah institusi pemberitaan
berbasis internet mempunyai beberapa karakteristik dari media internet.
Pertama, detik.com memiliki server atau penyedia jaringan yang
memungkinkan semua orang yang terkoneksi dengan internet dapat melihat
konten-konten atau isi dari website itu. Mereka memanfaatkan
koneksi antar-komputer yang menyebabkan semua konten yang telah dipublish di website itu
dapat di-download
oleh setiap orang. Bahkan semakin berkembangnya teknologi, kini detik.com sudah
memiliki sebuah alamat website khusus untuk pengguna
internet mobile
atau melalui ponsel, yakni m.detik.com.
Kedua, interactivity sudah diadopsi oleh
detik.com melalui fasilitas comment di setiap artikel yang
mereka publish. Bahkan, suara pembaca dapat dimuat di halaman tersendiri dari
detik.com. Walaupun suara pembaca yang dimuat semuanya harus melalui
filterisasi dari redaksi detik.com, namun suara pembaca lebih efektif ketimbang
dalam harian atau koran biasa. Hal ini karena suara pembaca dipisah dalam satu
sub-topik sehingga semua suara pembaca dapat lebih banyak dimuat tanpa
terhalang masalah ruang atau tata letak.
Selain interaktivitas pembaca, detik.com juga
memiliki forum yang memungkinkan semua orang dapat berpartisipasi aktif dalam
memberi informasi-informasi kepada anggota forumnya, maupun juga kepada yang
bukan anggota forum (khalayak luas). Walaupun diatur oleh moderator, tetapi
forum ini tetap memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk sharing
berbagai macam hal, dari informasi-informasi hingga menjajakan dagangan.
Dengan hadirnya detik.com sebagai salah satu
sumber informasi yang sudah terpercaya di mata pembaca, masyarakat menjadi
sedikit-banyak mengalami perubahan pola atau gaya hidup. Dulu sebelum adanya
internet, pembaca berita kadang harus menyediakan waktu luang untuk membaca
koran, atau bahkan harus menunggu jam atau waktu tayang berita di televisi.
Namun, sekarang dengan singkat, tanpa terpaku jadwal tayang dan sebagainya, khalayak
dapat memperoleh berita dari detik.com meskipun memiliki kesibukan yang padat
sekalipun.
Selain itu, detik.com telah mengubah beberapa
sistem sosial dan ekonomi. Misalnya dalam sistem sosial, pembaca akan lebih
privat dalam membaca berita entah dengan ponsel maupun dengan komputer atau laptop.
Sistem ekonomi telah mengalami perubahan, misalnya dulu masyarakat yang ingin
membaca berita harus mengeluarkan biaya untuk membeli koran, atau bahkan dahulu
di Indonesia sempat ada tv berbayar yang ditagihkan kepada para pemilik pesawat
televisi. Namun, detik.com tidak meminta pembayaran dari pelanggan karena sifat
dari internet itu sendiri yang bebas dan dapat dinikmati oleh semua orang.
Satu-satunya pendapatan detik.com adalah melalui pengiklan yang memenuhi halaman
website
detik.com.
Detik.com sebagai media on-line,
memiliki sifat multifaceted, yakni sebagai sebuah
media yang memiliki jenis komunikasi massa dan juga personal. Artinya,
detik.com dapat diakses oleh semua orang, namun ada beberapa hal yang menyebabkan
seakan seperti komunikasi interpersonal karena caranya yakni pembaca yang aktif
mencari dan memilih berita.
Detik.com sebagai media pemberitaan on-line
pertama di Indonesia telah menjadi sebuah perubahan besar yang kemudian diikuti
oleh kelompok-kelompok media lainnya. Dengan berlandaskan mediamorphosis, media
lain berusaha untuk mengembangkan media mereka seperti yang sekarang dilakukan
oleh detik.com, yakni mengembangkan media pemberitaan on-line.
Tidak mengenal basic utama media masing-masing,
televisi, radio, serta koran ataupun tabloid semuanya seperti berlomba-lomba
untuk mempertahankan eksistensinya di bidang on-line.
Sementara itu, hingga saat ini detik.com yang
memiliki peringkat ke-sepuluh di Indonesia yang paling sering dikunjungi, mulai
diikuti oleh beberapa kompetitornya di dua puluh besar website
terpopuler di Indonesia versi Alexa. Kompas.com dari harian Kompas menduduki
peringkat dua belas, dan vivanews.com yang dekat dengan TVOne mencapai
peringkat ke empat belas sebagai website yang paling sering
dikunjungi di Indonesia.
Hal ini perlu diwaspadai oleh detik.com sebagai
salah satu media yang murni hanya berkecimpung di media on-line
karena media kompetitornya mayoritas adalah media yang memiliki eksistensi di
media lain. Misalnya Kompas dengan harian cetaknya dan TVOne dengan stasiun TV
berita. Hal yang unik dari persaingan ini adalah media on-line
memanfaatkan popularitas atau rating mereka untuk dipertimbangkan oleh
pengiklan. Jika detik.com terlewati oleh kompetitornya, bukan tidak mungkin
pengiklan mereka beralih ke kompetitor-kompetitornya. Hal itu tentunya sangat
tidak diinginkan oleh detik.com mengingat mereka hanya mengandal Detik.com
telah menjadi pelopor on-line jurnalistik di Indonesia
yang kemudian diikuti oleh beberapa kelompok media lain. Hal ini terkait dengan
media internet yang merupakan sebuah media yang baru dan masih terus berkembang
di Indonesia. Selain itu, jumlah pengguna internet yang semakin bertambah
setiap tahunnya membuat semua media tidak mau ketinggalan momen untuk lebih
mempertahankan eksistensi mereka di dunia maya.
Detik yang awalnya merupakan tabloid (media
cetak) kemudian beralih ke media on-line karena adanya pembredelan
dari pemerintah ini, justru sekarang telah menuai hasil sebagai portal berita
nomor satu di Indonesia. Mereka sudah meninggalkan masa-masa suram ketika media
mereka tidak lagi dibebaskan untuk beraktivitas, kini telah berubah menjadi
sebuah media besar yang justru diidam-idamkan oleh kelompok media-media lain.
Akan tetapi, kesimpulan utamanya adalah
meskipun media on-line sedang pada saat terbaik
saat ini, media lama tidak spontan begitu saja punah. Perubahan media layaknya
evolusi yang secara lambat, tapi konsisten. Salah satu contohnya adalah media
detik.com yang kemudian diikuti oleh media lainnya untuk kemudian meramaikan
dunia on-line jurnalistik
di Indonesia.
Pada Juli 1998 situs
detik.com per-harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah
pengunjung ke sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (pelanggan
Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per-harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata
214.000 hits per-hari atau 6.420.000 hits per-bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999,
angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per-hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits
detik.com mencapai 2,5 juta lebih per-hari.
Selain perhitungan hits,
detik.com masih memiliki alat ukur lainnya yang sampai
sejauh ini disepakati sebagai ukuran yang mendekati seberapa besar potensi yang
dimiliki sebuah situs. Ukuran itu adalah page view (jumlah halaman yang
diakses). Page view detik.com sekarang mencapai 3 juta per-harinya. sekarang detik.com menempati posisi ke empat
tetinggi dari alexa.com untuk seluruh
kontent di Indonesia.
(N:drs)
1 komentar:
boleh saya tahu ini sumbernya dari mana? tolong konfirmasi ya terimakasih
Posting Komentar