SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DETIK.COM

/ Senin, 03 Oktober 2011 /

Sejarah detik.com dimulai pada tanggal 9 Juli 1998, yaitu terjadi pada saat Presiden Suharto lengser dan terpilihnya Habibie sebagai Presiden selanjutnya. Terpilihnya Habibie sebagai Presiden ternyata tidak menyalesaikan masalah politik di Indonesia, yang artinya situasi politik di Indonesia masih kacau, dan karena pada masa Orde Baru kebebasan Pers belum diperbolehkan. Akan tetapi apa yang terjadi, media massa di Indonesia kini sudah bebas. Artinya, seluruh media massa boleh melakukan apa saja, dalam hal ini memberitakan atau menulis persoalan yang sedang terjadi di tanah air. Dan tidak ada pembatasan seperti pada jaman Suharto memimpin.
Tetapi ada satu persoalan, bahwa di era globalisasi seperti saat ini kita membutuhkan informasi secara cepat, untuk kepentingan apa saja. Mulai dari kepentingan mengambil keputusan bisnis sampai kepentingan yang sangat sederhana.
Tidak ada pilihan lain pada waktu itu, selain menyampaikan informasi melalui Intenet. Maka lahirlah Detik.com yang merupakan sebuah portal web yang berisi berita aktual dan artikel di Indonesia. Detik.com merupakan salah satu situs berita terpopuler di Indonesia hingga saat ini. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesia lainnya, detik.com hanya mempunyai edisi daring dan menggantungkan pendapatan dari bidang iklan. Hal ini terbukti pada halaman depan website detik.com didominasi oleh iklan. Meski demikian, detik.com juga merupakan portal berita yang terdepan (up to date) dalam menyajikan berita-berita baru (breaking news).
Detik.com hadir dengan sebuah media baru yang sebelumnya kurang diminati oleh para media pemberitaan untuk mengembangkan sayapnya di bidang internet. Internet terus berkembang hingga masa kini. Pada masa awal berdirinya detik.com, mereka masih harus mandiri dengan tiga orang pekerja yang tentunya masih berbentuk sebuah halaman web sederhana. Selain itu, mereka harus membiasakan diri dengan kurangnya perhatian dari khalayak mengenai produk mereka. Adapula beberapa sistem yang perlu di adaptasi secara bertahap oleh detik.com yang berbentuk hal-hal teknis.
Detik.com muncul dengan media baru yang mereka gunakan yakni internet. Media baru tersebut tidak serta merta muncul begitu saja. Internet muncul secara bertahap dari hal pertama yakni sebuah personal computer hingga sekarang teknologi memungkinkan komputer yang mudah dibawa atau laptop. Selain itu, komputer pun muncul karena sebelumnya ada penemuan-penemuan yang tentunya berhubungan dengan dunia elektronik. Kemudian setelah komputer telah menjadi sebuah alat yang sempurna, muncul keinginan untuk para pengguna komputer dapat saling terhubung untuk bertujuan file sharing yang kemudian disempurnakan menjadi internet. Dari internet inilah muncul ide untuk adanya website yang dapat membuat sebuah institusi membuka informasi ataupun membagi (sharing) hal-hal lainnya.
Media yang baru, muncul dan berkembang masih memiliki beberapa kemiripan dengan media yang sebelumnya telah eksis. Misalnya internet memiliki kemampuan-kemampuan dominan yang menyerupai media-media yang telah diciptakan sebelumnya. Internet dapat mengakomodasi jenis-jenis media sebelumnya, misalnya internet dapat mengandung unsur gambar, video, suara, dan tentunya teks. Gambar dan teks sudah ada sejak era media cetak lahir. Kemudian suara sudah dapat ditransformasikan melalui gelombang radio dan alat penangkap sinyalnya. Lalu televisi menjadi media yang dapat menghadirkan gambar bergerak (video) dan suara (audio) secara bersamaan. Bahkan beberapa hal yang tidak dapat dilakukan oleh media sebelumnya, bisa dilakukan oleh media internet. Misalnya, setelah ada sistem flash, ilustrasi mengenai suatu hal, misalnya bencana, dapat diilustrasikan melalui bentuk gambar yang dapat disesuaikan dengan kemauan si pembaca. Hal ini tentunya unik karena sebelumnya tidak ada media lain yang dapat mengakomodir hal ini. Namun, bagaimanapun juga, karakteristik dominan dari media internet tetaplah karakter yang sudah ada sebelumnya, misalnya internet lebih banyak mengandung unsur teks, hal ini karena internet juga mengadopsi media cetak.
Detik.com memiliki sejarah buruk pada masa orde baru. Mereka dibredel oleh pemerintah dan diberikan pilihan; bergabung dengan media lain, membuat media baru, atau dibubarkan (mati).
Beberapa bulan kemudian, usaha mereka berbuah hasil dengan tawaran iklan pertama mereka. Setelah itu hari demi hari dijalani, semakin berkembang detik.com, semakin banyak pembaca, semakin banyak pula pengiklan yang mengiklankan produknya di website yang kini menjadi website peringkat 10 di Indonesia versi Alexa Site Audit ini.  Dari pencapaian ini, detik.com terbukti telah menjadi sebuah media yang survive dari kekejaman politik orde baru. Namun, yang unik dari kasus detik.com ini adalah mereka dipaksa untuk beradaptasi dan berkembang, melebarkan sayapnya ke media on-line karena tekanan dari sebuah rezim otoriter pemerintahan pada masa itu.
Media internet muncul dan berkembang sebagai sebuah teknologi yang baru. Sebagai media baru, sudah sewajarnya apabila perkembangannya masih terus berjalan. Media lama saja masih terus berkembang, apalagi media baru akan terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi pendukungnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, teknologi adalah sebuah hal utama dalam perkembangan atau pengadopsian media baru oleh sebuah institusi pemberitaan. Namun, pada kenyataannya media baru tidak hanya diadopsi karena sebuah perkembangan dari teknologi. Tetapi ada faktor lain yang melatarbelakanginya. Dalam kasus detik.com yang paling terlihat jelas adalah adanya faktor politis dalam perjalanannya. Tabloid Detik yang pada mulanya adalah sebuah tabloid politik tiba-tiba dibredel oleh pemerintah karena adanya pemberitaan yang terlalu kritis terhadap pemerintah. Hal ini jelas bahwa pengaruh politik sangat besar peranannya dalam perjalanan detik.com dari media konvensional ke media on-line.

Di halaman utama (Home) pada baris atas terdapat beberapa link/rubrik (program kerja), diantaranya; DetikNews, DetikFinance, DetikHot, Detiki-Net, DetikSport, DetikOto, DetikFood, DetikHealth, DetikFoto, DetikTV dan Indeks. Pada baris kedua juga terdapat rubrik Sepakbola, Surabaya, Bandung, Blog, Forum, Wolipop, Kolomkita, Travel, ACI, Buku Kuning, Mobile Application, dan Lokal Portal. Pada baris ketiga terdapat rubrik Iklan Baris, adPoint, Seremonia, Games, Sindikasi, Info Iklan, Suara Pembaca, Surat dari Buncit dan Redaksi, serta beberapa fasilitas lainnya.
Detik.com juga memudahkan konsumen atau pembacanya dengan memberikan kolom Detik Search untuk mencari berita-berita atau info-info apaun yang pernah dipublish di website detik.com. Selain itu kita juga dapat berbagi info atau berita di jejaring sosial kita seperti Facebook, Twitter dan sebagainya.


Perkembangan Jumlah Pengunjung
Internet pada akhir dekade 1990-an masih sangat baru di Indonesia. Pengguna internet pun diperkirakan belum mencapai satu juta orang pada saat itu. Namun, detik.com terus konsisten untuk membangun sebuah portal berita yang menjadi sebuah pioneer dalam pemberitaan on-line di Indonesia. Setelah bertahun-tahun mencoba untuk terus mempertahankan prinsip untuk konsisten di dunia on-line news, detik.com meraih sebuah kesuksesan tersendiri sebagai portal berita nomor satu di Indonesia, dan menjadi website nomor sepuluh di Indonesia. Bahkan sekarang detik.com memiliki sub konten yang telah memiliki spesialisasi masing-masing. Salah satu di antaranya, Detik Sport menjadi sebuah situs sendiri dan terpisah, serta mendapat peringkat enam belas dalam peringkat website di Indonesia.
Dari pemaparan teori mediamorphosis yang dikaitkan dengan sejarah perkembangan detik.com, dapat dilihat bahwa detik.com berkembang secara bertahap, konsisten, serta terus membuat perbedaan dari waktu ke waktu sehingga dapat menjaga pelanggan setianya.
Selain itu, detik.com menjadi sebuah media yang tidak dapat dilepaskan dari basic utamanya yakni media cetak, untuk terus menjadi sebuah institusi pemberitaan yang didominasi dengan konten cetak.
Detik.com sebagai sebuah institusi pemberitaan berbasis internet mempunyai beberapa karakteristik dari media internet. Pertama, detik.com memiliki server atau penyedia jaringan yang memungkinkan semua orang yang terkoneksi dengan internet dapat melihat konten-konten atau isi dari website itu. Mereka memanfaatkan koneksi antar-komputer yang menyebabkan semua konten yang telah dipublish di website itu dapat di-download oleh setiap orang. Bahkan semakin berkembangnya teknologi, kini detik.com sudah memiliki sebuah alamat website khusus untuk pengguna internet mobile atau melalui ponsel, yakni m.detik.com.
Kedua, interactivity sudah diadopsi oleh detik.com melalui fasilitas comment di setiap artikel yang mereka publish. Bahkan, suara pembaca dapat dimuat di halaman tersendiri dari detik.com. Walaupun suara pembaca yang dimuat semuanya harus melalui filterisasi dari redaksi detik.com, namun suara pembaca lebih efektif ketimbang dalam harian atau koran biasa. Hal ini karena suara pembaca dipisah dalam satu sub-topik sehingga semua suara pembaca dapat lebih banyak dimuat tanpa terhalang masalah ruang atau tata letak.
Selain interaktivitas pembaca, detik.com juga memiliki forum yang memungkinkan semua orang dapat berpartisipasi aktif dalam memberi informasi-informasi kepada anggota forumnya, maupun juga kepada yang bukan anggota forum (khalayak luas). Walaupun diatur oleh moderator, tetapi forum ini tetap memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk sharing berbagai macam hal, dari informasi-informasi hingga menjajakan dagangan.
Dengan hadirnya detik.com sebagai salah satu sumber informasi yang sudah terpercaya di mata pembaca, masyarakat menjadi sedikit-banyak mengalami perubahan pola atau gaya hidup. Dulu sebelum adanya internet, pembaca berita kadang harus menyediakan waktu luang untuk membaca koran, atau bahkan harus menunggu jam atau waktu tayang berita di televisi. Namun, sekarang dengan singkat, tanpa terpaku jadwal tayang dan sebagainya, khalayak dapat memperoleh berita dari detik.com meskipun memiliki kesibukan yang padat sekalipun.
Selain itu, detik.com telah mengubah beberapa sistem sosial dan ekonomi. Misalnya dalam sistem sosial, pembaca akan lebih privat dalam membaca berita entah dengan ponsel maupun dengan komputer atau laptop. Sistem ekonomi telah mengalami perubahan, misalnya dulu masyarakat yang ingin membaca berita harus mengeluarkan biaya untuk membeli koran, atau bahkan dahulu di Indonesia sempat ada tv berbayar yang ditagihkan kepada para pemilik pesawat televisi. Namun, detik.com tidak meminta pembayaran dari pelanggan karena sifat dari internet itu sendiri yang bebas dan dapat dinikmati oleh semua orang. Satu-satunya pendapatan detik.com adalah melalui pengiklan yang memenuhi halaman website detik.com.
Detik.com sebagai media on-line, memiliki sifat multifaceted, yakni sebagai sebuah media yang memiliki jenis komunikasi massa dan juga personal. Artinya, detik.com dapat diakses oleh semua orang, namun ada beberapa hal yang menyebabkan seakan seperti komunikasi interpersonal karena caranya yakni pembaca yang aktif mencari dan memilih berita.
Detik.com sebagai media pemberitaan on-line pertama di Indonesia telah menjadi sebuah perubahan besar yang kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok media lainnya. Dengan berlandaskan mediamorphosis, media lain berusaha untuk mengembangkan media mereka seperti yang sekarang dilakukan oleh detik.com, yakni mengembangkan media pemberitaan on-line. Tidak mengenal basic utama media masing-masing, televisi, radio, serta koran ataupun tabloid semuanya seperti berlomba-lomba untuk mempertahankan eksistensinya di bidang on-line.
Sementara itu, hingga saat ini detik.com yang memiliki peringkat ke-sepuluh di Indonesia yang paling sering dikunjungi, mulai diikuti oleh beberapa kompetitornya di dua puluh besar website terpopuler di Indonesia versi Alexa. Kompas.com dari harian Kompas menduduki peringkat dua belas, dan vivanews.com yang dekat dengan TVOne mencapai peringkat ke empat belas sebagai website yang paling sering dikunjungi di Indonesia.
Hal ini perlu diwaspadai oleh detik.com sebagai salah satu media yang murni hanya berkecimpung di media on-line karena media kompetitornya mayoritas adalah media yang memiliki eksistensi di media lain. Misalnya Kompas dengan harian cetaknya dan TVOne dengan stasiun TV berita. Hal yang unik dari persaingan ini adalah media on-line memanfaatkan popularitas atau rating mereka untuk dipertimbangkan oleh pengiklan. Jika detik.com terlewati oleh kompetitornya, bukan tidak mungkin pengiklan mereka beralih ke kompetitor-kompetitornya. Hal itu tentunya sangat tidak diinginkan oleh detik.com mengingat mereka hanya mengandal Detik.com telah menjadi pelopor on-line jurnalistik di Indonesia yang kemudian diikuti oleh beberapa kelompok media lain. Hal ini terkait dengan media internet yang merupakan sebuah media yang baru dan masih terus berkembang di Indonesia. Selain itu, jumlah pengguna internet yang semakin bertambah setiap tahunnya membuat semua media tidak mau ketinggalan momen untuk lebih mempertahankan eksistensi mereka di dunia maya. 
Detik yang awalnya merupakan tabloid (media cetak) kemudian beralih ke media on-line karena adanya pembredelan dari pemerintah ini, justru sekarang telah menuai hasil sebagai portal berita nomor satu di Indonesia. Mereka sudah meninggalkan masa-masa suram ketika media mereka tidak lagi dibebaskan untuk beraktivitas, kini telah berubah menjadi sebuah media besar yang justru diidam-idamkan oleh kelompok media-media lain. 
Akan tetapi, kesimpulan utamanya adalah meskipun media on-line sedang pada saat terbaik saat ini, media lama tidak spontan begitu saja punah. Perubahan media layaknya evolusi yang secara lambat, tapi konsisten. Salah satu contohnya adalah media detik.com yang kemudian diikuti oleh media lainnya untuk kemudian meramaikan dunia on-line jurnalistik di Indonesia.
Pada Juli 1998 situs detik.com per-harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (pelanggan Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per-harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per-hari atau 6.420.000 hits per-bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per-hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits detik.com mencapai 2,5 juta lebih per-hari.
Selain perhitungan hits, detik.com masih memiliki alat ukur lainnya yang sampai sejauh ini disepakati sebagai ukuran yang mendekati seberapa besar potensi yang dimiliki sebuah situs. Ukuran itu adalah page view (jumlah halaman yang diakses). Page view detik.com sekarang mencapai 3 juta per-harinya. sekarang detik.com menempati posisi ke empat tetinggi dari alexa.com untuk seluruh kontent di Indonesia. (N:drs)

1 komentar:

{ aksi pena } on: 8 Agustus 2012 pukul 01.35 mengatakan...

boleh saya tahu ini sumbernya dari mana? tolong konfirmasi ya terimakasih

Posting Komentar

About Us

 
Copyright © 2010 Media On Line, All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger